(`•.¸♥ ENGKAULAH SUAMI YANG AKU IMPIKAN
♥¸.•´¯)
Ketika
engkau mencintaiku, engkau menghormatiku. Dan ketika engkau membenciku, engkau
tidak mendzalimiku. (Dr. Ramdhan Hafidz)
Aku masih ingat saat malam pertama
kita, saat itu engkau mengajakku shalat Isya’ berjamaah. Setelah berdoa engkau
kecup keningku lalu berkata: “Dinda, aku ingin engkau menjadi pendampingku
Dunia-Akhirat”. Mendengar ucapan itu, akupun menangis terharu. Malam itu engkau
menjadi sosok seperti sayyidina Ali yang bersujud semalam suntuk karena
bersyukur mendapatkan sosok istri seperti Siti Fatimah. Apakah begitu
berharganya aku bagimu sehingga engkau mensyukuri kebersamaan kita? Malam itu,
aku tidak bisa mengungkapkan rasa syukurku ini dengan ucapan. Aku hanya bisa
mengikutimu, bersujud di atas hamparan sajadah. Tanpa bisa aku bendung, air
mata ini tiada hentinya mengalir karena mensyukuri anugerah Allah yang
diberikan padaku dalam bentuk dirimu. Akupun berikrar, aku ingin menjadi sosok
seperti Siti Fatimah, dan aku akan berusaha menjadi istri sebagaimana yang
engkau impikan.
Dan ternyata sujud itu bukan hanya di
saat malam pertama, setiap kali aku terbangun pada akhir sepertiga malam, ku
lihat engkau sedang bersujud dengan penuh kekhusu’an. Aku kadang iri dengan
keshalihanmu, engkau terlena dalam sujudmu sedang aku berbaring di atas kasur
yang empuk dengan sejuta mimpi. Kenapa engkau tidak membangunkan aku? Padahal
aku ingin bermakmum padamu agar kelak aku tetap menjadi istrimu di surga. Aku
hanya merasakan kecupan hangat melengkapi tidur malamku saat engkau terbangun
untuk melakukan shalat malam. Apakah kecupan itu sebagai isyarat agar aku
terbangun dari tidurku dan melaksanakan shalat berjamaah bersamamu? Atau karena
engkau tidak tega membangunkan aku saat engkau melihat begitu pulasnya aku
dalam tidurku? Aku yakin, dengan ketaatanmu pada agama, engkau akan
membahagiakanku dunia-akhirat. Tidakkah agama kita mengajarkan bagaimana suami
harus menyayangi istri, membuatnya bahagia, melindungi dan membuatnya
tersenyum. Dan sebaliknya, istri harus berbakti, melayani dan membuat suaminya
terpesona padanya.
Aku tidak peduli siapakah engkau,
miskin dan kaya tidak ada bedanya bagiku. Aku hanya tertarik pada sosokmu yang
bersahaja dan sederhana. Raut wajahmu yang penuh dengan keikhlasan membuatku
ingin selalu menatapnya. Lembutnya sifatmu membuatku yakin bahwa engkau adalah
suami yang bisa menerima segala pemberian Tuhan dan akan menyayangiku apa
adanya. Aku tidak peduli dengan rumah mungil dan sederhana yang engkau
persembahkan untuk kita tempati bersama. Rumah yang hanya terdiri dari ruang
tamu, kamar kita, dan satu ruangan yang berisi buku-buku terutama buku agama.
Namun dari rumah yang mungil ini, aku melihat taman surgawi menjelma di sini.
Aku yakin engkau adalah sosok suami yang tekun belajar dan memahami agama, dan
dengan bekal ini aku yakin engkau bisa membimbingku untuk meraih surga ilahi.
Sebagaimana agama kita telah mengisyaratkan bahwa, barang siapa berjalan dijalan
ilmu, maka Allah akan mempermudah jalan menuju ke surga.
Saat kulihat engkau begitu berbakti
kepada kedua orang tuamu dan senang menjalin silaturahim, aku yakin engkau akan
berlaku baik pada anak-istrimu. Aku lihat engkau jarang sekali berbicara, tapi
masya Allah kalau sedang bekerja, engkau menjadi sosok yang tekun dan ulet. Dan
dari cara tutur katamu, aku mendengar kata-kata mutiara yang penuh hikmah,
sehingga yang tergambar dalam pikiranku adalah sosok Lukmanul Hakim, sosok
suami dan ayah yang selalu mendidik keluarganya, mengajarkan anaknya untuk
tidak menyekutukan Allah.
Sungguh aku bangga mempunyai suami
sepertimu melebihi kebanggaanmu padaku. Aku lebih membutuhkanmu jauh melebihi
kebutuhanmu padaku. Terima kasih suamiku, karena engkau telah membimbingku…
salam Ukhuwah Penuh Cinta bersama
Salam Ukhuwah Fillah.
✩ ✿ ✩ ❤ ✩ ===
kak izin share
BalasHapus