baik baik sayank by wali band

Jumat, 30 Maret 2012

Makalah tentang Kebiasaan Merokok Dalam Tinjauan Kesehatan Jiwa.


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pada remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive) (Joemana, 2004).
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi remaja untuk merokok. Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.
Merokok dari SMP sampai sekarang itu karena faktor kebiasaan, karena jika seseorang sudah biasa dengan suatu aktivitas/perbuatan yang di jalaninya sejak lama / sejak kecil maka akan terbawa sampai dia dewasa.
Menurut Ogawa (skripsiqu,2006) dahulu rokok disebut sebagai suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai “Tobacco Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari ½ bungkus rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Menurut Nawawi (2005) merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain di sekitarnya (perokok pasif). Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara bersih bebas asap rokok.

2.      Rumusan Masalah
1.   Bagaimana Perilaku merokok di kalangan para remaja?
2.  Faktor – faktor seseorang menjadi perokok berat?
3.  Hambatan-hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Kabupaten Hulu Sungai Utara?
4.  Tahapan seseorang menjadi perokok tetap?
5.   Cara - cara menghentikan kebiasaan merokok?
3.      Tujuan Penulisan
v Untuk memuhi tugas perkuliahan.
v Agar semua orang tau bagaimana cara merokok yang baik.
v Di makalah ini kita dapat mengetahui cra menghentikan kebiasaan merokok yang buruk.


 
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Kebiasaan Merokok Di Kalangan Remaja
Kali ini saya akan membahas tentang kebiasaan merokok di kalangan remaja, karena banyak sekali remaja-remaja SMP,SMA dan Mahasiswa perguruan tinggi termasuk saya menghisap rokok.
Masa remaja bisa jadi masa di mana individu mengkonsumsi rokok. Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja.
Lebih jauh lagi Data WHO mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja (Republika, 1988).
Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fsik. Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok dirasakan ketidakenakkan.
Hal ini sejalan dengan perkataan Helmi yang berpendapat bahwa saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja mungkin mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual.
Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan pengalaman perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang dialaminya.
Gejala ini dapat djelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok meruakan perilaku menyenangkan dan dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin aalah adiktif dan anti-depressan, jika dihentikan tiba-tiba akan menimbulkan stress.
Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami apabila para perokok sulit untuk behenti merokok. Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997) mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja adalah kegiatan kompulsif dengan menghisap asap yang berasal dari gulungan tembakau yang dibakar untuk mendapatkan kepuasan fisiologis dan sosiologis dan juga upaya eliminasi perasaan negative yang ada dalam diri remaja yang banyak dipelajari dari lingkungan teman sebaya dan didorong oleh keinginan mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive).

2.     Faktor-faktor Penyebab  Menjadi Seorang Perokok
Banyak sekali faktor-faktor penyebab  menjadi seorang perokok misalnya :
1.      Lingkungan rumah : Ayah yang sering merokok di depan anak-anaknya, sehingga anaknya memiliki rasa penasaran dan rasa ingin mencoba menghisap rokok.
2.      Lingkungan Sekolah : Teman bermain di sekolah yang merokok di depan saya,pada saat sedang bermain bersama.
3.      Lingkungan Masyarakat : Banyaknya orang di sekitar rumah ( di luar rumah ) yang merokok di sembarang tempat, sehingga saya ingin menirunya
Masih ada faktor-faktor lain selain faktor lingkungan, yaitu faktor psikologis misalnya:
1.      Kebiasaan (terlepas dari motif positif atau negatif)
2.      Untuk menghasilkan reaksi emosi positif (kenikmatan, dsb)
3.      Untuk mengurangi reaksi emosi negatif (cemas, tegang, dsb)
4.      Alasan sosial (penerimaan kelompok)
5.      Ketergantungan (memenuhi keinginan/ kebutuhan dari dalam diri) (Oskamp & Schultz, 1998. dalam Ardiningtiyas, 2006)


3.      Hambatan-hambatan Bagi Penanggulangan Masalah Rokok di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Allen menyatakan terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu;
  1. Tidak adanya pengetahuan di kalangan perokok tentang resiko merokok
  2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri rokok
  3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah
  4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial
  5. Kuatnya sektor industri rokok
  6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka kerja di daerah untuk mengimplementasikan perangkat pengendalian rokok
  7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya. (Kompas, 2001)
4.      Tahapan Seseorang Menjadi Perokok Tetap
Tahapan seseorang menjadi perokok tetap (Laventhal & Cleary;1980, Flay;1993);
v  Persiapan; sebelum seseorang mencoba rokok, melibatkan perkembangan perilaku dan intensi tentang merokok dan bayangan tentang seperti apa rokok itu.
v  Inisiasi (initiation); reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. (Sayangnya hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap rokok)
v  Menjadi perokok; melibatkan suatu proses ‘concept formation’ , seseorang belajar kapan dan bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya
v  Perokok tetap; terjadi saat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.
Aspek-aspek kecanduan merokok menurut Sani (2005) adalah sebagai berikut:
v  Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin (nicotine addiction)
v  Automatic Habit, berupa kebiasaan dalam merokok (ritual habit) seperti membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghirup dalam-dalam, merokok sehabis makan dan merokok sambil minum kopi dan lain-lain
v  Ketergantungan psikologis/ emosional, dimana kebiasaan merokok dipakai dalam mengatasi hal-hal yang bersifat negatif, misalnya rasa gelisah, kalut ataupun frustasi

 Mu’tadin (2002) yang membagi perokok menjadi 3 yaitu Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Selanjutnya, menurut Tomkins (dalam Mu’tadin, 2002) tempat merokok juga dapat mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas :
1. Merokok di tempat-tempat umum/ ruang publik:
v  Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
v   Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
v  Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
v   Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Dari berbagai hal yang telah dijabarkan di atas di harapkan bagi perokok aktif dapat meningkatkan kepekaan terhadap orang lain di sekitarnya, serta dapat menentukan sikap apakah kebiasaan merokok hal yang baik atau buruk untuk tetap dipertahankan. Saya tidak mengatakan mudah untuk menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi suatu kebiasaan, namun semua orang pasti mampu untuk berubah jadi lebih baik jika ia benar-benar memiliki kemauan untuk terus.

5.      Cara – cara Menghentikan Kebiasaan Merokok
cara menghentikan kebiasaan merokok yang bisa di coba :
v  Usahakan untuk menghilangkan dan bersihkan semua hal yang bersangkutan dengan “rokok” dari dalam rumah tempat tinggal perokok. Juga minta kepada sesama rekan-rekan perokok tersebut untuk tidak merokok di depan orang yang akan disembuhkan.
v  Kemungkinan besar pada waktu dekat sekitar 1 sampai 2 minggu  pertama akan timbul perselisihan dengan perokok yang akan di sembuhkan, jadi bersikaplah sabar menghadapinya.
v  Pujian dan penghargaan yang baik adalah senjata ampuh untuk diberikan kepada perokok ketika dalam waktu 1 sampai 2 minggu berhasil untuk menahan diri tidak menghisap rokok. Ini akan sangat berarti bagi sang perokok, merasa dihargai, serta dorongan mental yang positif dan kuat.
v  Luangkan waktu, sejenak ataupun banyak sekalipun, untuk mendengarkan semua keluhan dan uneg-uneg yang perokok, kembali sikap sabar dan menghargai berperan besar di sini.
v  Carilah kesibukan untuk perokok yang positif, misalnya aktifitas fisik seperti olah raga dan lain sebagainya. Pada saat sang perokok sedang merasa tidak tahu harus melakukan apa, permen bisa menjadi pengganti rokok, walaupun di beberapa kasus perokok, permen tidak berhasil. Tapi untuk yang bisa bertahan sampai 2 minggu tidak merokok, permen adalah alternatif yang bagus.
v  Paling penting adalah selalu berikan dukungan dan keyakinan kepada perokok bahwa ia bisa mengurangi dan menghilangkan kebiasaan merokoknya.

Itu tips / cara menghentikan kebiasaan merokok yang bisa dicoba, bila dilakukan dengan disiplin dan terus menerus, kecanduan rokoknya pasti bisa dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali. Selamat mencoba.


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi remaja untuk merokok. Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.
Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fsik. Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok dirasakan ketidakenakkan.
Gejala ini dapat djelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok meruakan perilaku menyenangkan dan dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin aalah adiktif dan anti-depressan, jika dihentikan tiba-tiba akan menimbulkan stress.
Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami apabila para perokok sulit untuk behenti merokok. Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997) mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja adalah kegiatan kompulsif dengan menghisap asap yang berasal dari gulungan tembakau yang dibakar untuk mendapatkan kepuasan fisiologis dan sosiologis dan juga upaya eliminasi perasaan negative yang ada dalam diri remaja yang banyak dipelajari dari lingkungan teman sebaya dan didorong oleh keinginan mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive).
2.      Saran – saran
·         Jangan suka merokok karena merokok banyak mudharatnya.
·         Merokoklah di tempat – tempat sepi.



DAFTAR PUSTAKA
Brigham C.J. (1991). Social psychology. Boston: Harper Collins Publisher
Haryono. 2007. Hubungan Antara Ketergantungan Merokok Dengan Percaya Diri. [online] tersedia di http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Ketergantungan-Merokok.html pada pada: 7 mei 2009, 06.30.
Kemala N, Indri. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja. Semarang: Digital USU.
Komalasari, D & Helmi, A.F (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.[online] tersedia di http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf pada: 7 mei 2009, 06.30.
Pikiran Rakyat. (2009). Kebiasaan Merokok Dalam Tinjauan Kesehatan Jiwa. 10 Mei 2009
Poerwadarminta. (1995) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Republika. (1988). Lebih Dari Tiga Juta Meninggal Karena Tembakau dalam Setahun. 30 oktober 1988
Rita L. Atkinson, dkk. (1983). Pengantar Psikologi, edisi kedelapan, Jakarta: PT. Erlangga,
Smet, B (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar